17 Des 2007

KISAH

Makanya, sembunyikan sikap miskinmu itu

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur
Ada nasehat spiritual yang sangat luar biasa adalah kita dilarang menampakkan kemiskinan kita. Maksudnya adalah, walaupun kita miskin, jangan sampai secara sengaja ditampakkan agar orang lain muncul belas kasihan. Atau, kita selalu mendiskusikan kemiskinan kita, sehingga banyak orang yang tahu, agar mendapat belas kasihan.

Waktu saya masih SD kelas lima, ada tetangga kalau main kerumah atau di sawah ketika mau menanam padi, tetangga ini selalu saja mendiskusikan tentang kekurangannya. Kadang mengeluhkan, ayamnya banyak yang mati kena hama. Padinya yang gagal panen karena banyak tikus menghancurkannya dan aneka keluhan yang tiada habis-habisnya.
Bahkan ketika kami bertemu lagi 20 tahun kemudian, sikap menampakkan jiwa kemiskinannya tetap saja tidak berubah. Akhirnya, kemiskinan yang tidak disembunyikan itu, menyebabkan dirinya miskin betulan.
Tahun 1986 kami juga berjumpa dengan seorang teman yang selalu menamakkan kemiskinannya. Ketika sama-sama masuk kuliah tingkat satu, temen ini menampakkan kemiskinannya kesesama teman kost, bahkan juga ke dosen-dosen. Beliau selalu mendiskusikan kiriman dari kampung yang dirasa sangat kurang untuk kehidupan sehari-hari. Ketika sudah lulus, hampir dua tahun kesulitan mendapatkan pekerjaan, dan juga selalu mendiskusikan tentang kesulitan mendapat pekerjaan, padahal baru melamar pekerjaaan 10 kali gagal, belum sampai 1000 kali gagal. Beberapa bulan yang lalu, saya berjumpa dengan sahabat ini, keluhannya tetap sama, yaitu menampakkan mental kemiskinannya. Sekarang diskusinya mengarah ke gaji yang kurang dan biaya sekolah anak-anaknya yang semakin bertambah. Beliau jarang mendiskusikan solusi, bagaimana agar tidak berjiwa miskin, yang akhirnya tidak menjadi miskin. Yaitu, merasa cukup terhadap apa yang dimiliki, agar hidupnya menjadi cukup betulan.

Kalau kita sebagai anak bangsa, penampakan kemiskinan ini juga menjangkiti kesemua elemen kehidupan berbangsa. Contoh sangat sederhana adalah bangsa ini lebih senang menampakkan kemiskinan kepada bangsa-bangsa lain, ingin dikasihani, atau lebih menghormati bangsa lain, dan lupa menghormati bangsa sendiri. Contoh sederhananya adalah kita lebih senang membeli barang-barang dari luar, yang sebenarnya barang itu juga bikinan kita, hanya diekspor ke luar dan setelah dari luar direeksport kedalam negeri, kemudian kita bangga, karena mampu membelinya. Begitu juga, kita lebih senang menerima nasehat dari bangsa-bangsa lain atau orang luar yang seakan-akan mereka kita anggap lebih mengerti dibanding bangsa kita sendiri. Padahal kenyataan lapangan, anak bangsa ini, banyak yang jauh lebih professional dibanding mereka. Bahkan, kalau ada anak bangsa yang membuat sesuatu yang luar biasa prestasinya, lebih dihormati bangsa lain daripada dihormati oleh anak bangsa sendiri.

Hati-hati dengan sikap penampakan kemiskinan kita, sebab penampakan yang terus menerus dalam waktu lama, akhirnya menjadi kenyataan juga. Miskin dalam arti luas, tidaklah salah, kalau itu memang kenyataan pada saat itu. Namun, penampakan kemiskinan yang terus-menerus, menjadikan kenyataan kemiskinan, akan berlanjut sampai kita meninggal. Nggak keren khan !!!

Berani bersahabat dengan kemiskinan, dan tidak menamakkannya, agar kita menjadi kaya dalam arti seluas-luasnya ??? Bagaimana pendapat sahabat !!!
Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur Pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sejenak disini kunikmati lirih angin menyapa telingaku hembusan nya seakan meyadarkanku dari hayal tentangmu tak ingin berlari ku in...